Jakarta - Partai Golkar memandang era orde baru pemerintahan Presiden Soeharto yang sudah lama berlalu tidak sepenuhnya menjadi kenangan buruk. Terbitnya buku 'Untold Stories Soeharto' diharapkan mampu membuka sisi lain dari sosok Soeharto.
"Orde baru sudah lewat. Tapi dari semua yang lewat tidak semua jelek. Mestinya reformasi itu jangan menghapus hal-hal yang baik di jaman orba. Sebagaimana kebaikan di zaman orde lama, jangan kita lupakan, kalau kita mengedepankan keburukan rezim itu tidak menghargai sejarah, tidak sehat," tutur Ketua DPP Golkar, Priyo Budi Santoso, kepada detikcom, Kamis (9/6/2011).
Buku yang berisi testimoni teman dekat Soeharto ini diharapnya dapat membuka sisi-sisi lain seorang Soeharto yang tak terungkap kala itu. Masyarakat, menurut Priyo, sudah sangat dewasa memilah mana yang baik dan buruk.
"Buku itu harus dihargai karena ini merupakan kesaksian sejarah dari orang-orang yang mengenal dekat dan sehari-hari dengan Pak Harto. Ini kesaksian sejarah dan dijadikan tambahan perspektif kita sebagai sosok Jenderal Besar Soeharto," tuturnya.
Sehingga buku baru tersebut, menurut Priyo, tidak perlu dijadikan polemik baru. Ia berharap masyarakat mampu mengkritisi namun juga menghargai pemimpin Indonesia di masa lalu.
"Kita menggelorakan gendang sejarah. Sebab setiap pendahulu kita pasti ada sisi positif. Saya berpandangan itu harus dihargai, kita juga harus ada ruang yang cukup. Kesaksian sejarah terhadap para pemimpin bangsa itu sangat positif," tandasnya.
Tepat pada peringatan 90 tahun lahirnya Soeharto, keluarga dan rekan-rekan Soeharto meluncurkan buku Pak Harto The Untold Stories. Buku ini berkisah soal sisi humanis Soeharto yang belum pernah diungkapkan. Mereka pun membantah jika buku ini bertujuan untuk mendorong kebangkitan Soehartoisme dan rezim orde baru.