Sebuah fakta mengejutkan datang dari India dimana karena keadaan ekonomi yang menyulitkan membuat lebih dari 300 anak perempuan di India diduga dioperasi kelaminnya menjadi laki-laki atas permintaan orang tua mereka. Investigasi pun kini dilakukan pemerintah setempat untuk menghentikan kasus memalukan tersebut.
Dirilis The Telegraph (Senin 27/6), para aktivis pembela hak anak dan perempuan mengutuk praktek tersebut sebagai kegilaan sosial yang menghina perempuan India. Sejumlah dokter pun kini dituduh melakukan operasi itu. Para dokter itu diduga menerima bayaran Rp 27 juta lebih untuk setiap operasi kelamin. Operasi itu dikenal dengan sebutan genitoplasty, yakni dengan membentuk penis dari organ perempuan, kemudian anak disuntik hormon laki-laki.
Namun para dokter itu membantah investigasi tersebut dengan menyatakan para anak perempuan yang dioperasi itu memiliki kelainan kelamin. Para dokter menyatakan bahwa mereka dikirim ke klinik oleh orang tuanya untuk menjalani operasi 'perbaikan'. Hanya anak yang lahir dengan dua alat kelamin saja yang bisa dioperasi.
Namun para aktivis menyatakan orang tua dan dokter salah dalam melakukan identifikasi kelamin dengan mengubah kelamin dari perempuan menjadi laki-laki. Para aktivis pembela hak anak dan perempuan pegiat menyatakan, anak-anak perempuan di India tidak aman meski mereka tidak diaborsi dan berhasil dilahirkan.
Masyarakat di India lebih memilih anak laki-laki antara lain dengan melakukan pengguguran kandungan pada bayi perempuan. Mereka kawatir anak perempuan akan menjadi beban ekonomi mereka dengan biaya pernikahan yang tinggi maupun biaya mahar yang mahal. Sekarang ini terdapat tujuh juta lebih anak laki-laki usia di bawah tujuh tahun dibandingkan perempuan yang jumlahnya lebih sedikit.
Negara yang masih menganut kasta sosial seperti India perlu jamahan Firman Tuhan agar tradisi dan pola pikir yang menjadi batas dalam kehidupan dapat dilepaskan, karena sama halnya dengan lelaki, anak perempuan adalah juga para pribadi yang mempunyai talenta, dan kreativitas yang sama.
Dirilis The Telegraph (Senin 27/6), para aktivis pembela hak anak dan perempuan mengutuk praktek tersebut sebagai kegilaan sosial yang menghina perempuan India. Sejumlah dokter pun kini dituduh melakukan operasi itu. Para dokter itu diduga menerima bayaran Rp 27 juta lebih untuk setiap operasi kelamin. Operasi itu dikenal dengan sebutan genitoplasty, yakni dengan membentuk penis dari organ perempuan, kemudian anak disuntik hormon laki-laki.
Namun para dokter itu membantah investigasi tersebut dengan menyatakan para anak perempuan yang dioperasi itu memiliki kelainan kelamin. Para dokter menyatakan bahwa mereka dikirim ke klinik oleh orang tuanya untuk menjalani operasi 'perbaikan'. Hanya anak yang lahir dengan dua alat kelamin saja yang bisa dioperasi.
Namun para aktivis menyatakan orang tua dan dokter salah dalam melakukan identifikasi kelamin dengan mengubah kelamin dari perempuan menjadi laki-laki. Para aktivis pembela hak anak dan perempuan pegiat menyatakan, anak-anak perempuan di India tidak aman meski mereka tidak diaborsi dan berhasil dilahirkan.
Masyarakat di India lebih memilih anak laki-laki antara lain dengan melakukan pengguguran kandungan pada bayi perempuan. Mereka kawatir anak perempuan akan menjadi beban ekonomi mereka dengan biaya pernikahan yang tinggi maupun biaya mahar yang mahal. Sekarang ini terdapat tujuh juta lebih anak laki-laki usia di bawah tujuh tahun dibandingkan perempuan yang jumlahnya lebih sedikit.
Negara yang masih menganut kasta sosial seperti India perlu jamahan Firman Tuhan agar tradisi dan pola pikir yang menjadi batas dalam kehidupan dapat dilepaskan, karena sama halnya dengan lelaki, anak perempuan adalah juga para pribadi yang mempunyai talenta, dan kreativitas yang sama.