Coba, perhatikan nama-nama merek itu: Mobitex, Inter@ctive Pager. Nama-nama yang kini terasa amat norak, bukan? Itu sebabnya, pada tahun 2002, ketika RIM hendak mengembangkan produk baru Mike tak mau sembarangan kasih nama.Produk itu, yang kelak kita gilai sebagai BlackBerry, punya fasilitas push e-mail, bisa menyelancari internet, komunikasi teks dan tentu saja bisa menelepon. Apa nama yang cocok untuk merangkum semua manfaat itu?
Tak ada yang memuaskan sebelum akhirnya sampai pada kata BlackBerry, kata ini enak didengar dan pas pula dengan warna bendanya yang hitam legam.”BlackBerry mudah melekat di ingatan, lebih baik daripada nama-nama seperti ProMail atau MegaMail,” kata Placel. Saya kira, seandainya dua nama ‘lebay’ itu yang dipakai, BlackBerry tak sesukses sekarang.
BlackBerry kini terjual di 91 negara, bekerja sama dengan 500 operator, dan menguasai 20.8 persen pasar telepon pintar. Hanya kalah dengan Nokia Syimbian OS.Placel pun kini punya rumus manjur tentang merek, belajar dari keberhasilan BlackBerry, ”Kalau produk Anda ingin dapat perhatian, jangan pakai nama yang menjelaskan sesuatu, Anda harus menciptakan konsep baru!” katanya.
Tiap unit BlackBerry adalah unik, karena ditandai dengan satu PIN yang dengan kode kombinasi delapan angka dan huruf itu pengguna bisa berkomunikasi lewat teks berkat BlackBerry Mesenger.
Mike Lazaridis, lahir 14 Maret 1961, di Istambul Turki. Orangtuanya berdarah Yunani. Pada usia lima tahun, ia ikut keluarganya pindah ke Kanada. Mereka menetap di Windsor, Ontario.
Mike beruntung karena orangtua dan lingkungan sekolahnya sangat memungkinkan ia mengembangkan bakat dan minatnya pada elektronika.
Tahun 1979, ia mulai kuliah di University of Waterloo, Ontario, Kanada. Di sinilah ia mulai merintis RIM. Tahun 1984, semasa masih mahasiswa, Mike ikut lomba tender di perusahaan raksasa otomotif General Motors. Proyeknya adalah merancang sistem display pengontrol jaringan komputer. Dia menang dan dapat hadiah berupa kontrak kerja senilai 500 ribu dolar AS.
Lihatlah, selalu ada jalan untuk mewujudkan sebuah visi. Yang kita perlukan adalah merumuskan sebuah visi yang kuat, menajamkan visi tersebut, dan terus-menerus berusaha. Itu yang bisa kita pelajari dari Mike Lazaridis dan BlackBerry.
Ketika krisis ekonomi memaksa orang melacikan ponsel, orang banyak masih menyisakan satu BlackBerry di genggaman. Kenapa? “BlackBerry lima kali lebih efisien, misalnya untuk mengirim dan membalas e-mail, dan kami punya baterei lebih tahan lama,” kata Mike.
Puaskah Mike dengan pencapaian RIM sejauh ini? Tidak. ”Ini hanya permulaan dari sebuah pasar yang besar. Saat ini ada satu smartphone dari enam telepon di dunia. Ini adalah persentase kecil. 10 tahun lagi, seluruh telepon adalah smartphone,” kata Mike, dan dia ingin BlackBerry menguasai sebanyak-banyaknya, sebanyak yang bisa mereka produksi.
Saya menulis ini dengan BlackBerry Bold di meja. Ini adalah BlackBerry kedua saya, setelah dulu saya pakai Curve. Beberapa data saya cari lewat Google di BlackBerry browser. Bukan karena tidak krisis, kalau saya masih pakai dua ponsel. Ini semata-mata karena saya memilih operator BlackBerry yang menurut saya murah, dan sementara itu, dengan ponsel yang lain beroperator lain, saya harus menjaga keterhubungan dengan banyak nomor-nomor penting.GABUNG Halaman Facebook saya Menjelma.com ,dengan mengklik dibawah ini