Kamis, 03 Maret 2011

Menjual Keperawanan


image

Film Not For Sale

Suara Merdeka CyberNews. Film drama remaja Not For Sale, arahan sutradara Nayato Fio Nuala memang bukan film pertama yang menyoroti ihwal keperawanan. Sebelumnya, Hanny R. Saputra lewat film Virgin; Ketika Keperawanan Dipertanyakan telah mengangkat fenomena gadis kota besar, yang gemar menjajakan keperawanan mereka demi seonggok rupiah.

Tapi, di film produksi RAPI Film berdurasi 85 menit ini, gambar sebagaimana keunggulan utama Nayato dihadirkan dengan lebih cemerlang. Tapi, payahnya, sebagaiamana kelemahan utama sutradara yang sempat membelah insan film Indonesia lewat film Ekskul itu, tetap menjadi kendala utama.

Maksud baik untuk menghadirkan, dan memberi pesan kepada remaja putri, untuk jangan sampai menjual keperawanan mereka, dengan harga berapapun, meski terlilit keadaan yang tidak tertolong sekalipun, tidak cukup dihantarkan dengan baik. Namun penampilan para pendukung lakonnya seperti Arumi Bachsin, Leylarey Lesesne, Chindy Anggrina, dan Okkie Callerista tidak terlalu buruk sehingga kelihatan lumayan apik.

Maknai Pengorbanan
Sengkarut persoalan remaja putri yang baru berusia belasan, dengan rata-rata usia 16 tahun dan duapuluhan awal, tidak cukup menggigit di film yang menurut rencana edar mulai 24 Juni ini. Meski cerita telah membebankan hampir kepada semua tokoh perempuannya, dengan berbagai konflik yang tidak ringan, walau bukan berarti tidak bisa terpecahkan.

Persoalan hidup tokoh May yang minggat dari rumah, kemudian tertampung tokoh Shasi, dan berteman dengan Andhara, serta Dessy adalah kisah drama standar remaja kota besar. Yang ingin mempertahankan nasibnya, dengan cara apapun dan bekerja di bidang apapun, asal nasib tetap bisa dimaknai. Hasilnya, meski May, dan Dessy berprofesi sebagai penari erotis, dan Shasi meski masih duduk SMA berprofesi ganda sebagai mucikari, dengan menjual keperawanan teman-teman sekelasnya sendiri, toh hidup tetap harus dijalankan.

Meski pada akhirnya, sebagaimana pesan penting film ini yang bisa dianalogikan berbunyi; ''pengorbanan tidak selalu menyelesaikan masalah kehidupan",' cukup membuat aware penontonnya. Sebagaimana citraan tokoh May, yang terlanjur dijual keperawanannya oleh Shasi, demi membiayai pengobatan ibu May yang sakit parah. Namun apa daya, Om-om yang membeli keperawanan May hanyalah seorang pesakitan seksual, yang mempunyai kelainan seksual yang menggiriskan.

Keperawanan raib, sang ibu mati, teman sejati bunuh diri.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2010/06/22/2189/Menjual-Keperawanan


Arsip Blog

CEWEK BOKINGAN HOTEL

CEWEK BOKINGAN HOTEL
klik hotelnya untuk boking

Label